Sejarah Tekstil
Tekstil berasal dari bahasa Latin textilis atau bahasa Prancis
texere yang artinya menenun. Tekstil dibuat dari serat, baik yang alami atau
yang buatan. Serat alami berasal dari tanaman, binatang, atau mineral.
Dibandingkan dengan hewan atau mineral, tanaman menyediakan lebih banyak serat.
Selain wol, serat hewan adalah serat sutera. Meski wol terbanyak dihasilkan
oleh biri-biri, namun bulu keluarga unta dan kambing pun bisa dimanfaatkan.
Serat mineral alami untuk tekstil adalah asbestos, sejenis batuan.
Sejak kapan manusia mengenal tekstil? Diduga, tekstil ada sejak
zaman Neolitikum atau Batu Baru (8000-2000 SM). Penemuan alat tenun, misalnya
gelondong benang atau alat tenun batu, membuktikan adanya proses pemintalan dan
penenunan di zaman itu.
Saat orang mulai tinggal di kota, tekstil makin banyak dibuat dari
beragam serat. Sayangnya hanya sedikit bukti tenunan di zaman peradaban kuno
yang ditemukan, misalnya dari Mesir dan Peru. Di Mesir ditemukan tenun lena
yang berusia 6.000-7.000 tahun dan kain dengan pola-pola tertentu yang dibuat
dengan teknik tapestri abad XV SM. Sedangkan di Peru, temuan berupa katun dan
wol bulu llama.
Di tahun 5000 SM masyarakat Mesir dinilai sudah terampil menenun
kain lena dari rami halus. Selain berdasarkan penemuan berupa secarik kain lena
halus, pendapat itu didukung oleh temuan sejumlah mumi dari tahun 2500 SM yang
terbungkus kain lena bermutu sebaik produk sekarang.
Ternyata, pada tahun 3000 SM masyarakat lembah Sungai Indus, kini
wilayah Pakistan dan India bagian barat, telah menggunakan katun kapas. Bahkan
konon, di saat yang bersamaan masyarakat di Amerika telah mengolah kain sejenis
itu. Sedangkan masyarakat Cina sejak sekitar tahun 2700 SM telah mengusahakan
ulat sutera, selain mengembangkan alat tenun khusus untuk serat sutera.
Perkiraan ini didukung temuan potongan kecil sutera tenun berbordir menempel di
patung perunggu dari Dinasti Shang (1523-1028 SM).
Penyebaran tekstil dari timur ke barat dimulai tahun 300 SM saat
balatentara Iskandar Agung membawa pulang ke Eropa benda-benda katun dari
wilayah Pakistan. Mereka lantas mengembangkan perdagangan kain secara besar-besaran
dengan mengimpor pakaian wol dari Inggris, Gaul (kini Prancis), dan Spanyol,
kain lena dari Mesir; Katun dari India; serta sutera dari Cina dan Persia (kini
Iran). Sayangnya sedikit sekali tekstil yang bertahan dari masa Kekaisaran
Romawi di Barat dan Dinasti Han (202 SM – 220) di Timur.
Sejarah Tekstil Ketika Revolusi Industri
Industri tekstil Eropa mulai bangkit antara tahun 400-awal dan
1500-an. Inggris, Italia bagian utara, dan Flanders (kini meliputi sebagian
Belgia, Prancis dan Belanda) jadi pusat produksi bagian wol. Sedangkan Italia
jadi pusat produksi sutera. Dalam periode ini, tepatnya tahun 1200-an mulai
dipakai roda pemintal, selain ditemukan mesin pembuka kokon sutera.
Perkembangan penting industri tekstil terjadi setelah abad
pertengahan (1100-1500). Namun kemajuan terhebat berlangsung saat Revolusi
Industri (abad XVII-awal XIX). Revolusi Industri memang berkaitan dengan
revolusi industri tekstil. Ini karena membanjirnya penemuan baru di Inggris
yang berakibat melonjaknya produksi benang dan kain.
Penemuan hebat itu antara lain alat pintal pertama yang mampu memintal beberapa benang sekaligus yang dikenal dengan Spinning Jenny, oleh penemu James Hargreaves pada tahun 1764. Mantan tukang cukur Richard Arkwright pada tahun 1769 mematenkan Water Frame, alat pintal bertenaga air. Tahun 1973 penemu berkebangsaan Amerika Eli Whitney mengembangkan mesin pemisah biji kapas.
Penemuan hebat itu antara lain alat pintal pertama yang mampu memintal beberapa benang sekaligus yang dikenal dengan Spinning Jenny, oleh penemu James Hargreaves pada tahun 1764. Mantan tukang cukur Richard Arkwright pada tahun 1769 mematenkan Water Frame, alat pintal bertenaga air. Tahun 1973 penemu berkebangsaan Amerika Eli Whitney mengembangkan mesin pemisah biji kapas.
Alhasil, pabrik tekstil berbahan baku kapas meningkat pesat.
Hampir sepanjang sejarah, orang hanya menggunakan serat alam. Namun pada 1884
ahli Kimia Prancis Hilaire Chardonnet mengembangkan cara praktis menghasilkan
serat buatan. Serat yang kini dikenal sebagai rayon pertama kali dihasilkan di
AS tahun 1910 dan disebut sutera buatan. Wallace H. Corothers, ahli Kimia
Amerika, mengembangkan nilon pada pertengahan 1930-an.
Sedangkan tahun 1940-1950-an
mulai diperkenalkan serat buatan lain seperti polyester dan acrylic. Berbeda
dengan serat alami yang pendek, serat buatan atau filamen sangat panjang dan
tidak terputus. Selain itu serat buatan biasanya lebih kuat dan elastis.